Anti Virus

VIRUS KOMPUTER

Semua pengguna komputer pasti dibikin pusing dengan yang namanya VIRUS. Bahkan bingung bagaimana cara mencegahnya biarpun sudah ada Anti Virus di komputer. Banyak Anti Virus dicoba, tapi tetap aja virus menyerang komputer.
Virus dibuat sedemikian rupa oleh pembuatnya dengan mencari celah kelemahan Anti Virus terbaru yang sudah ada, sehingga dibuat tidak terdeteksi oleh Anti Virus. Hal inilah yang menyebabkan komputer dapat ditembus virus meskipun sudah ada anti virus didalamnya. Salah satu pencegahan virus masuk tentunya harus meng-update anti virus secara kontinyu.
Awal tahun 2009, kembali muncul virus baru yang banyak membuat pihak kelabakan, bahkan Microsoft sampai menyediakan hadiah $250.000 (hampir 3 miliar) bagi pemberi informasi keberadaan pencipta virus ini. Virus ini dinamakan Virus Conficker. Untuk informasi virus ini bisa dicari sendiri di internet. Penulis hanya akan membagi pengalaman dan informasi tentang pencegahan masuknya virus ke komputer.
Dulu penulis sudah banyak mencoba berbagai anti virus, tetapi banyak yang membuat kinerja komputer jadi lambat dan ada yang saling konflik jika dipasang 2 anti virus sekaligus. Akhirnya penulis mencari anti virus yang efektif dan tidak membuat lambat komputer. Penulis saat ini menggunakan 2 anti virus yaitu ANSAV [Download] dan ANTIVIR [Download] yang kontinyu di-update. Alasan menggunakan 2 jenis anti virus ini karena ada virus yang terdeteksi oleh satu anti virus tetapi lolos oleh anti virus yang lain. Tetapi harus diingat, sebaiknya Anti Virus jangan diinstall jika komputer sudah terkena virus.

VIRUS CONFICKER

Untuk Virus Conficker (alias Kido atau Downadup), ciri komputer yang sudah terinfeksi adalah TIDAK BISA MEMBUKA SITUS PENYEDIA ANTI VIRUS, karena alamat situs anti virus ditutup oleh virus ini. PC Media telah menyediakan anti virus untuk menangkal virus ini yaitu PC-MAV Express [www.virusindonesia.com]. Tapi jika situsnya tidak bisa terbuka karena sudah terinfeksi virus, dapat di-download disini. Untuk membersihkan komputer yang sudah terinfeksi, sebaiknya melalui Safe Mode.

Semoga bermanfaat.

Category: 0 komentar

Kopassus, Pasukan Elite No. 3 di Dunia Dan Sejarahnya


Discovery Channel Military edisi Tahun 2008 pernah membahas tentang pasukan khusus terbaik di dunia (TOP ELITE SPECIAL FORCES IN THE WORLD). Seluruh pasukan khusus didunia dinilai kinerjanya dengan parameter menurut pendapat dari berbagai pengamat bidang militer dan ahli sejarah. Posisi pertama di tempati SAS (Inggris), peringkat kedua MOSSAD (ISRAEL) lalu peringkat ketiga adalah KOPASSUS (Indonesia). Narator dari Discovery Channel Military menjelaskan mengapa pasukan khusus dari amerika tidak masuk peringkat terhormat. Itu karena mereka terlalu bergantung pada peralatan yang mengusung teknologi super canggih, akurat dan serba digital. Pasukan khusus yang hebat adalah pasukan yang mampu mencapai kualitas sempurna dalam hal kemampuan individu. Termasuk didalamnya kemampuan bela diri, bertahan hidup, kamuflase, strategi, daya tahan, gerilya, membuat perangkap, dan lain2nya. Kemampuan yang tidak terlalu mengandalkan teknologi canggih dan Skill di atas rata-rata pasukan luar Elit luar negeri lainnya menjadi nilai plus dari KOPASSUS.Itu pula yang menimbulkan anggapan 1 prajurit KOPASSUS setara dengan 5 prajurit reguler.

Mungkin karena itu pula kenapa sekitar Tahun 90-an Amerika Serikat keberatan dan Australia ketakutan ketika Indonesia akan memperbesar jumlah anggota Kopassus.


Sebagian Kecil prestasi dan Kiprah Kopassus:

1. Kopassus juga juara satu sniper dalam pertemuan Pasukan Elite Asia Pasific Desember 2006. Dengan hanya mengandalkan senjata buatan Pindad! Nomor 2-nya SAS Australia.
2. Kopassus menempati urutan 2 (dari 35) dalam hal keberhasilan dan kesuksesan operasi militer (intelijen – pergerakan – penyusupan – penindakan) pada pertemuan Elite Forces in Tactical, Deployment and Assault di Wina Austria. Nomor satunya Delta Force USA.
3. Negara-negara afrika utara hingga barat sekarang memiliki acuan teknik pembentukan dan pelatihan pasukan elite mereka. 80% pelatih mereka dari perwira-perwira Kopasus.
4. Pasukan Paspampres Kamboja adalah pasukan Elit yang di latih oleh Kopassus.
5. Pada perang Vietnam, para tentara Vietkong meniru strategy KOPASSUS dalam berperang melawan Amerika Serikat yang mengakibat kan kekalahan Pasukan Amerika yang mempunyai persenjatan canggih dan lengkap. Kekalahan ini membuat Amerika serikat malu di mata dunia.

Sejarah singkat Kopassus
Sejak Pengakuan Kedaulatan RI oleh Belanda tgl 27 Desember 1949 dan beberapa Pemberontakan di wilayah Indonesia (APRA, Andi Azis, RMS) mengilhami dibentuknya Satuan Pemukul Fleksibel yang cepat dan tepat dalam menghadapi sasaran dan medan yang berat. Pembentukan Satuan tersebut dipelopori oleh Letkol Slamet Riyadi dan dilanjutkan oleh Kolonel A.E. Kawilarang sebagai Pejabat Panglima Tentara dan Teritorium-III/SLW.

Melalui Instruksi Panglima Tentara dan Terirorium-III/SLW tanggal 16 April 1952 dengan terbentuknya Kesatuan Komando Teritorium-III/SLW yang merupakan cikal bakal “Korps Baret Merah” :

1. Tahun 1953 diubah menjadi Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD)
2. Tanggal 25 Juli 1955 KKAD diubah menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKD)
3. Tahun 1956 dengan dibuka pendidikan terjun payung maka RPKD diubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD)
4. Tanggal 12 Pebruari 1966 RPKAD diganti menjadi Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (PUSPASSUS TNI AD)
5. Tanggal 17 Pebruari 1970 PUSPASSUS TNI AD diubah menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (KOPASANDHA)
6. Tanggal 21 Mei 1985 KOPASANDHA diubah menjadi Komando Pasukan Khusus (KOPASUS) s.d. sekarang

Inilah 5 Besar Pasukan Elite Dunia

1. England SAS (Special Air Service)
Adalah resimen pasukan khusus dalam Angkatan Darat Inggris yang pernah menjadi model bagi pasukan khusus dari negara-negara lain. SAS membentuk bagian signifikan Pasukan Khusus Kerajaan Inggris Special Boat Service (SBS), Special Reconnaissance Regiment (SRR), dan Pasukan Special Support Group (SFSG).
Beladiri : Gon-Ryu Karate
Alumni : Bear Grylls ( ada di acara discovery channel Survival expert)

2. Mossad Israeli
He Mossad (HaMossad leModi’in uleTafkidim Meyuchadim) Mossad bertanggung jawab atas pengumpulan intelijen dan operasi-operasi rahasia termasuk kegiatan paramiliter. Ini adalah salah satu entitas utama dalam Komunitas Intelijen Israel, bersama dengan Aman (intelijen militer) dan Shin Bet (keamanan internal), tetapi direktur melapor langsung kepada Perdana Menteri. Peran dan fungsi yang sama dengan Central Intelligence Agency (CIA) dan Secret Intelligence Service (SIS).
Beladiri : Israeli Krav Maga
Alumni : Eitan Rafi (Sekarang beliau udah jadi salah satu pasukan perdamaian dunia)
Moto : “Cegah serangan pertama, netralkan lawan, buatlah mereka melihat mimpi buruk akan hal yang mereka perbuat.” -Ron Radjik

3. Indonesian KOPASSUS
Kopassus, (a portmanteau of “Komando Pasukan Khusus”: atau “Special Force Command” adalah pasukan khusus Angkatan Darat Indonesia. kelompok yang melakukan misi operasi khusus bagi pemerintah Indonesia, seperti tindakan langsung: konvensional perang, sabotase, kontra-pemberontakan: kontra-terorisme, dan pengumpulan intelijen. Kopasus ini didirikan pada tanggal 16 April 1952.
Beladiri : Merpati Putih
Alumni : 3 terbaik dari KOPASUS telah dijadikan pasukan perdamaian dunia
Moto : Berani, Benar, Berhasil.

4. Russian Spetsnaz
Special Force Resimen Rusia atau Spetsnaz, Specnaz (bahasa Rusia: pengucapan ; sptsnastr: Voyska spetsialnogo naznacheniya; adalah istilah umum untuk “pasukan khusus” dalam bahasa Rusia, secara harfiah ” tujuan khusus “. Pasukan khusus Rusia tersebut dapat secara khusus mengacu ke setiap elit atau unit Spetsnaz di bawah subordinasi Dinas Keamanan Federal (FSB) atau Rusia Pasukan Internal Departemen Dalam Negeri, dan unit dikontrol oleh dinas intelijen militer GRU.
Beladiri : Russian Sambo
Moto : “hahaha Betapa bodoh nya mereka yang ingin membunuh kami dengan cara mereka, mereka hanya tidak tahu bahwa darah yang akan bertumpahan nantinya berasal dari mereka sendiri. Mereka hanya tidak tahu… itu saja.”

5. French GIGN
Intervensi Gendarmerie Nasional Group, biasa disingkat GIGN (bahasa Perancis: Groupe d’Intervention de la Gendarmerie Nationale), adalah elite Gendarmerie Perancis Operasi Khusus kontra-terorisme dan penyelamatan sandera unit; itu adalah bagian dari kekuatan militer yang disebut Gendarmerie. Bahkan jika para anggotanya milik militer, mereka sekarang dituntut dengan tugas-tugas polisi urbanised di luar daerah. Dengan demikian unit GIGN ditingkatkan lebih dekat dengan tim SWAT daripada unit militer murni seperti tentara Inggris SAS. Para operator akan dilatih untuk mengikuti peraturan polisi dan mencakup negosiasi dan penyelidikan spesialis.
Beladiri : Savate

sumber: kaskus.us, letkolexcent.wordpress.com, bismania.com, editor : resep

Category: 0 komentar

Prestasi Terbaik dan Terburuk Putra-Putri Indonesia di Kancah Internasional !

Sedikit diketahui bahwa putra-putri Indonesia telah banyak mengukir prestasi di kancah dunia internasional. Mereka seolah-oleh hilang di telan bumi dan itu pun di dukung dengan kurangnya perhatian kita bersama, dalam hal ini khususnya pemerintah.

Putra-putri terbaik bangsa itu harus puas mengabdikan diri mereka di negara orang. Padahal jika ditanyai satu persatu maka mereka akan sepakat menjawab bahwa mereka sangat ingin kembali ke tanah air. Mereka sangat berharap bahwa mereka bisa memberikan konstribusi bagi bangsa Indonesia. Memberikan prestasi terbaik di dalam negeri sendiri sebagai upaya meningkatkan nama baik Indonesia di muka dunia internasional.

Tetapi apa yang terjadi? Cita-cita dan keinginan mereka itu harus pupus di tengah jalan, lantaran mereka sendiri telah berulang kali dikecewakan oleh bangsanya sendiri. Bila di negeri orang (Amerika, Jerman, Swedia, Jepang, Singapura, dll) mereka mendapatkan perhatian dan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, maka di tanah air mereka harus menelan pil kekecewaan karena “tidak dipakai” alias apa yang telah menjadi prestasi mereka sebelumnya (berkelas dunia) tidak mendapatkan perhatian dan dukungan yang semestinya. Meskipun mereka rela melamar bahkan hingga ada yang pernah melamar di 50 perusahaan beragam. Atau meski harus merelakan bahwa jika di negeri orang mereka mendapatkan fasilitas dan penghasilan yang layak namun memilih untuk kembali ke tanah air walau dengan banyaknya kekurangan. Tetapi itu tidak membuat para penguasa, elit politik dan pemilik modal menjadi perhatian dan mendukung mereka sepenuhnya. Bahkan berdasarkan pengalaman yang ada maka orang-orang pintar itu harus terpaksa meninggalkan tanah pertiwi karena senantiasa dicurigai, dianggap tidak penting dan memang mereka tidak diberikan atau memiliki pekerjaan.

Dari beberapa alasan diatas itulah maka akhirnya mereka mengaku masih betah mengabdi di mancanegara. Mereka belum berniat untuk berkiprah di tanah air, karena mereka trauma ilmu yang mereka raih dengan susah payah itu tidak mendapatkan penghargaan yang selayaknya. Selain itu, sudah tidak bisa disangkal lagi, mutu pendidikan di Indonesia banyak dikeluhkan berbagai kalangan. Dari tahun ke tahun selalu fasilitas sarana dan pendanaan yang menjadi faktor kendala utama. Dan ini tentu saja berakibat mutu lulusannya dipertanyakan. Kita mungkin sudah ketinggalan jauh di tingkat regional Asia Tenggara, terutama dari negara Singapura atau Malaysia.

Di tengah keterpurukan soal mutu dunia pendidikan kita, ternyata tidaklah sama dengan tingkat intelegensi manusia Indonesianya. Sejumlah orang Indonesia ternyata banyak yang berotak encer. Mereka bekerja di luar negeri seperti di Eropa, Amerika dan Jepang. Bahkan berhasil menduduki posisi penting.

Sebagai motivasi, marilah kita menilik beberapa prestasi yang telah diukir oleh putra-putri terbaik bangsa Indonesia di kancah Internasional. Diantaranya adalah sebagai berikut :

1. DR. Andreas Raharso (Kepala Risets Global Hey Group)
Pria berusia 44 tahun itu saat ini menduduki pimpinan atau CEO pada sebuah lembaga riset global Hay Group yang berkantor di Singapura. Hay Group sendiri mempunyai jaringan di hampir belahan dunia dan berkantor pusat di Amerika. Klien dari Hay Group ini kebanyakan adalah para pimpinan dunia seperti Amerika serikat, Perancis dan Inggris. Jabatan yang diraih Andreas Raharso cukup fenomenal, karena merupakan satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki posisi puncak. Selama ini jabatan itu didominasi warga Amerika dan Eropa.

2. Prof. DR. Kent Sutanto
Barangkali gelar akademis yang diraih Kent Sutanto ini tentulah langka. Pria kelahiran Surabaya 1951 silam itu meraih gelar doktor di Jepang. Tidak tanggung-tanggung gelar doktor yang diraih Kent di negeri sakura itu sebanyak empat gelar dari universitas yang bebeda. Saat ini Kent Sutanto mengajar di Universitas Waseda, kampus almamaternya. Selain itu Kent Sutanto juga sebagai dosen tamu di Universitas Venesia, Italia. Karena otaknya yang cemerlang, pria asal Surabaya yang sudah 35 tahun tinggal di Jepang itu mendapat kepercayaan pemerintah setempat duduk di MITI, semacam Departemen dan Perindustrian Jepang.

3. Prof. Yow Pin Liem
Satu lagi orang Indonesia yang berhasil menduduki posisi penting adalah Profesor Yow Pin Liem. Pria 49 tahun asal Cirebon, Jawa Barat itu adalah pimpinan dan pendiri sebuah perusahaan riset Pro Thera Biologisc di Rhode Island, Amerika Serikat. Di tempat riset Prof Yow ini sudah banyak berkontribusi melakukan penelitian terutama masalah pemahaman seputar molekul kanker dan anthrax.

4. Suhendra
Pria kelahiran Jakarta, 17 November 1975 itu, saat ini bekerja pada Badan Peneliti Jerman, BAM di Berlin. Alumnus Universitas Diponegoro Semarang itu berhasil bekerja sebagai peneliti di Jerman setelah meraih gelar doktor di sebuah univeritas teknik di Jerman. Uniknya, Suhendra yang ahli di bidang metal eksplosif itu membiayai kuliahnya dengan bekerja serabutan dan mengumpulkan botol bekas.

Prestasi dan kegigihan orang-orang Indonesia ini memang tidak kalah bahkan setara dengan ilmuwan dunia. Walau kondisi pendidikan di tanah air dirasa masih belum kondusif mereka mampu menembus ruang dan waktu untuk berkiprah cemerlang di tingkat internasional. Kita patut bangga dengan mereka.

Sebaliknya beberapa contoh prestasi yang sangat tidak membanggakan dari putra-putri bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Merosotnya akhlak dan prilaku bangsa Indonesia.
2. Tidak percaya diri pada kemampuan yang dimiliki.
3. Tidak menghargai segala kekayaan, kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh bangsa sendiri.
4. Berfokus hanya pada sektor ekonomi saja hingga melupakan bidang-bidang lain yang tidak kalah pentingnya, khususnya bidang agama, pendidikan dan penelitian.
5. Masih banyak yang berkecimpung hanya pada kekuasaan saja sehingga rebutan kekuasaan menjadi ajang yang paling bergengsi.
6. KKN yang tidak kunjung berkurang bahkan makin bertambah dan merata di segala bidang dan strata sosial.
7. Hanya memikirkan kehidupan dalam masa jangka pendek dan tidak peduli dengan yang akan dihadapi oleh anak cucu nanti.
8. Egois pribadi yang selalu memikirkan diri sendiri dan tidak berfikir bahwa jika tanpa orang lain (orang miskin atau rakyat jelata) maka ia tidak akan bisa berbuat apa-apa.
9. Mental pengemis yang masih dimiliki oleh sebagian besar masyarakat.
10. Kurang berfikir kreatif dan inovatif. Atau tidak memperhatikan mereka yang memiliki kemampuan dalam berpikir kreatif dan inovatif.
11. Masih banyak yang berpikir untuk mencari pekerjaan bukan malah menciptakan lapangan pekerjaan.
12. Terlalu banyak pemikiran yang bisa menambah masalah bagi bangsa, dan bukan malah bersatu dalam memberikan solusi dan memecahkan permasalahan.
13. dll

Demikianlah hal-hal yang dapat membanggakan kita sebagai bangsa Indonesia dan sebaliknya beberapa hal yang tetap saja menjadi ganjalan karena hanya akan membuat bangsa ini makin terpuruk dan tidak bisa menjadi sebuah bangsa yang besar. Bangsa yang bermartabat dan di segani oleh dunia internasional.

Pesan bagi kita semua adalah “Cukupkanlah dengan segera segala bentuk kelakuan yang tidak berfaedah” sebagai upaya dalam membangkitkan rasa percaya diri karena kemajuan dan keberhasilan akan senantiasa menyertai.

Ayolah saudaraku, marilah kawanku, mari kita bangkit dari keterpurukan dan maju dalam membangun tanah pertiwi. Mencapai kemajuan yang menjulang ke langit sebagaimana yang menjadi cita-cita para pendiri bangsa ini. Sudah waktunya untuk kita memikirkan bangsa ini dengan jalan yang lebih dewasa dan luas ruang lingkupnya. Janganlah meninggalkan atau meniadakan yang satu demi membangun yang lain agar lebih maju, karena yang semacam itu tentulah tidak normal dan kerdil. Sebaliknya bangunlah segala sesuatunya itu secara bersamaan dan seimbang, sesuai dengan batas kemampuan diri. Mari kita bersatu padu dalam mewujudkannya, karena tentulah akan membawa manfaat yang luas bagi kehidupan.

Maju Bangsaku, Majulah Negeriku. Indonesia Raya.

Category: 0 komentar

Rahasia Sukses Produk Cina Menguasai Pasar Dunia ( Bagus ! )

Di saat negara kita sedang berjuang mati-matian untuk meningkatkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, di lain pihak Cina justru mengalami tekanan dari dunia agar mau mengambangkan nilai mata uangnya yang dinilai dipatok terlau rendah. Pematokan nilai yuan yang sudah dilakukan semenjak tahun 1994 ini diprotes karena dianggap sebagai penyebab utama miringnya harga produk-produk Cina di pasaran dunia (Sarnianto, 2004). Kekhawatiran tersebut memang beralasan melihat hampir dapat dikatakan produk-produk berlabel made in China medominasi pasar dunia mulai dari sekedar peniti sampai perangkat elektronika canggih.

Banyak faktor yang mendorong perekonomian Cina sehingga bisa menjadi seperti sekarang ini, dimana dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata diatas 7% setiap tahunnya telah mengantarkan Cina sebagai salah satu raksasa perekonomian dunia. Faktor nilai tukar mata uang sudah pasti bukanlah satu-satunya penyebab produk-produk negara dengan populasi terbesar di dunia ini mampu berjaya menguasai pasar dunia. Hal ini tentu saja dapat dimaklumi mengingat kalau hanya faktor itu, seharusnya Indonesia juga sudah bisa mengambil mamfaat dari nilai tukar rupiah yang sangat menyedihkan.

Salah satu hal lain yang lebih penting dari itu adalah faktor apakah yang menyebabkan Cina bisa begitu produktif untuk dapat menghasilkan produk-produk berkualitas yang sangat diterima oleh pasar dunia. Negara-negara G-7 saja bahkan secara terang-terangan merangkul Cina yang saat ini menduduki peringkat keempat dalam perdagangan dunia, di bawah AS, Jerman dan Jepang untuk mau berbagi dan berbicara dalam forum mereka (Pikiran Rakyat, 2 Oktober 2004). Ternyata selain karena aliran modal asing dan teknologi tinggi, yang justru sangat menarik dari pengalaman Cina adalah besarnya peran Usaha Kecil dan Menegah (UKM) dan bisnis swasta daerah yang disebut sebagai Township and Village Enterprises (TVEs) dalam menopang kekuatan ekspornya.

Peran Penting TVEs Bagi Perekonomian Cina

Sumbangsih TVEs bagi perekonomian Cina memang tidak bisa disepelekan. TVEs yang semula merupakan perkembangan dari industri pedesaan yang digalakkan oleh pemerintah Cina. Jika pada tahun 1960 jumlahnya hanya sekitar 117 ribu, namun semenjak reformasi tahun 1978 jumlahnya mengalami pertumbuhan spektakuler menjadi 1,52 juta. Apabila dilihat dari sisi penyediaan lapangan kerja, TVEs di akhir tahun 1990-an telah menampung setengah dari tenaga kerja di pedesaan Cina.

Walaupun perkembangan TVEs ini sempat mengalami pasang surut dan tidak merata di seluruh wilayah Cina, namun secara rata-rata mengalami pertumbuhan yang sangat mengesankan. Produksi dari TVEs meningkat dengan rata-rata 22,9 persen pada periode 1978-1994. Secara nasional, output TVEs pada tahun 1994 mencapai 42% dari seluruh produksi nasional. Sedangkan untuk volume ekspor, TVEs memberikan kontribusi sebesar sepertiga dari volume total ekspor Cina pada tahun 1990-an (Pamuji, 2004).

Dilihat dari sisi perdagangan secara angka di atas kertas memang masih terlihat bahwa ekspor kita masih surplus dibanding Cina. Menurut data yang diperoleh dari Dubes RI di China, bahwa tepatnya sampai dengan 3 Agustus 2004 dilihat dari sudut pandang perdagangan luar negeri China, saat ini Indonesia merupakan negara tujuan ekspor urutan ke-17 dengan nilai 2,66 miliar dollar AS atau 1,03 persen dari total ekspor China yang mencapai nilai 258,21 miliar dollar AS. Indonesia juga menjadi negara asal impor ke-17 bagi China dengan nilai ekspor 3,44 miliar dollar AS (Osa, 2004).

Akan tetapi dalam kenyataan di lapangan tampak bahwa barang-barang produksi Cina terlihat di mana-mana. Kita tidak menutup mata bahwa banyak produk dari negeri panda tersebut yang masuk secara ilegal ke Indonesia sehingga tidak ikut tercatat secara resmi dalam laporan tersebut. Namun penjelasan dari Ketua Umum Kadin Indonesia Komite Cina, Sharif Cicip Sutardjo sangat masuk akal. Sebagaimana dikutip dari wawancara dengan Sinar Harapan dijelaskan bahwa ekspor Indonesia ke Cina memang besar namun sebagian besar merupakan bahan mentah dengan jumlah item yang sangat sedikit, kurang lebih hanya 15 item seperti migas, CPO, karet, kayu, dan lain-lain. Sedangkan dari Cina kita mengimpor ratusan item, mulai dari ampas, hasil pertanian, peralatan sampai ke motor dan mobil. Sebagian besar perusahaan yang menghasilkan produk-produk itu semua di Cina hanyalah industri swasta, UKM atau TVEs (www.sinarharapan.co.id/ ekonomi/industri/2003/1224/ind2.html).

Kenyataan ini sungguh berkebalikan dengan keadaan UKM kita yang kurang diberdayakan padahal memiliki potensi yang sangat besar. Jumlah UKM mencakup 99 % dari total seluruh industri di Indonesia dan menyerap sekitar 56 % dari jumlah total seluruh pekerja Indonesia (Rochman, 2003). Untuk itu sangat perlu kita lihat upaya apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah Cina untuk memajukan industri swasta khusunya UKM, mengingat UKM kita juga sebenarnya punya kemampuan. Hal ini terbukti pada saat krisis moneter justru sektor UKM yang mampu bertahan.

Usaha Pemerintah Cina yang Dirintis Sejak Lama

Apa yang sekarang Cina nikmati dari industrinya terutama TVEs merupakan hasil usaha bertahun-tahun. Pada tahun 1986 dipimpin oleh State Science and Technology Commission (SSTC) Cina memperkenalkan Torch Program yang bertujuan untuk mengembangkan penemuan-penemuan dan penelitian-penelitian oleh universitas dan lembaga riset pemerintah untuk keperluan komersialisasi. Hasil yang diperoleh kemudian ditindaklanjuti dengan membuat New Technology Enterprises (NTEs). Selanjutnya SSTC mengembangkan 52 high-tchnology zones yang serupa dengan research park di Amerika dengan bertumpu pada NTEs tadi (Mufson, 1998). Walaupun NTEs ini bersifat perusahaan bersakala besar namun kedepannya memiliki peran sebagai basis dalam pengembangan teknologi untuk industri-industri kecil dan menengah.

Pemerintah Cina kemudian masih dengan SSTC mengeluarkan kebijakan untuk mendukung TVEs yang disebut sebagai The Spark Plan. Kebijakan ini terdiri dari 3 kegiatan utama yang berangkaian. Pertama, memberikan pelatihan bagi 200.000 pemuda desa setiap tahunnya berupa satu atau dua teknik yang dapat diterapkan di daerahnya. Kegiatan kedua dilakukan dengan lembaga riset di tingkat pusat dan tingkat provinsi guna membangun peralatan teknologi yang siap pakai di pedesaan. Dan yang ketiga adalah dengan mendirikan 500 TVEs yang berkualitas sebagai pilot project (Pamuji, 2004).

Pemerintah Cina juga berusaha menempatkan diri sebagai pelayan dengan menyediakan segala kebutuhan yang diperlukan oleh industri. Mulai dari hal yang paling essensial dalam memulai sebuah usaha yaitu birokrasi perizinan yang mudah dan cepat, dimana dalam sebuah artikel dikatakan bahwa untuk memulai usaha di Cina hanya membutuhkan waktu tunggu selama 40 hari, bandingkan dengan Indonesia yang membutuhkan waktu 151 hari untuk mengurus perizinan usaha (www.suaramerdeka.com/harian/0503/01/eko07.htm).

Tidak ketinggalan infrastruktur penunjang untuk memacu ekspor yang disiapkan oleh pemerintah Cina secara serius. Bila pada tahun 1978 total panjang jalan raya di Cina hanya 89.200 km, maka pada tahun 2002 meningkat tajam menjadi 170.000 km. Untuk pelabuhan, setidaknya saat ini Cina memiliki 3.800 pelabuhan angkut, 300 di antaranya dapat menerima kapal berkapasitas 10.000 MT. Sementara untuk keperluan tenaga listrik pada tahun 2001 saja Cina telah mampu menyediakan sebesar 14,78 triliun kwh, dan saat ini telah dilakukan persiapan untuk membangun PLTA terbesar di dunia yang direncanakan sudah dapat digunakan pada tahun 2009 (Wangsa, 2005).

SDM Terbaik Sebagai Pengusaha

Dalam hal SDM untuk dunia usaha Cina juga tidak tanggung-tanggung dalam mengarahkan orang-orang terbaiknya untuk menjadi pengusaha yang handal. Sejak tahun 1990-an, Cina telah mengirimkan ribuan tenaga mudanya yang terbaik untuk belajar ke beberapa universitas terbaik di Amerika Serikat, seperti Harvard, Stanford, dan MIT. Di Harvard saja, Cina telah mengirimkan ribuan mahasiswanya untuk mempelajari sistem ekonomi terbuka dan kebijakan pemerintahan barat, walaupun Cina masih menerapkan sistim ekonomi yang relatif tertutup. Sebagai hasilnya, Cina saat ini telah memiliki jaringan perdagangan yang sangat mantap dengan Amerika, bahkan memperoleh status sebagai The Most Prefered Trading Partner (Kardono, 2001).

Pemerintah Cina juga membujuk para overseas Chinese scholars and professionals, terutama yang sedang dan pernah bekerja di pusat-pusat riset dan MNCs di bidang teknologi di seluruh penjuru dunia untuk mau pulang kampung dan membuka perusahaan baru di Cina. Mantan-mantan tenaga ahli dari Silicon Valley dan IBM ini misalnya, diharapkan nantinya juga akan dapat mempermudah pembukaan jaringan usaha dengan MNCs ex-employer lainnya yang tersebar di seluruh dunia (www.mail-archive.com/bhtv @paume.itb.ac.id/msg00042.html). Tentu saja bujukan itu dilakukan dengan iming-iming kemudahan dan fasilitas untuk memulai usaha, seperti insentif pajak, kemudahan dalam perizinan, dan suntikan modal.

Indonesia Harus Bisa Mengambil Pelajaran dari Cina

Kita sebaiknya bisa belajar dari kesuksesan Cina mengembangkan dunia usaha dan industrinya. Hal ini jauh lebih baik ketimbang hanya menggerutu melihat produk-produk Cina yang membanjiri pasar dalam negeri. Merajalelanya produk-produk Cina dengan harga yang murah dan berkualitas harus dilihat tidak hanya sebagai ancaman, namun juga sebagai pemicu agar Indonesia bisa bergerak ke arah perbaikan. Pada kesempatan ini penulis dengan keterbatasan kapasitas yang dimiliki akan mencoba merumuskan beberapa masukan berupa langkah yang sebaiknya kita tempuh berkaitan dengan apa yang telah dilakukan dan diraih oleh Cina.

Pertama, yaitu kita harus mencoba mengkaji kebijakan-kebijakan Cina dalam perekonomian khususnya dalam memajukan dunia usahanya. Setelah itu dirumuskan manakah yang bisa dan tepat untuk diterapkan di Indonesia. Hal ini mengingat keadaan , latar belakang, dan budaya Cina yang tidak sama dengan Indonesia.

Langkah kedua yang bisa ditempuh adalah dengan mempererat hubungan kerja sama dengan Cina, tidak saja dalam ekonomi namun juga pada bidang-bidang lainnya yang dianggap penting. Dalam bidang ekonomi dan keamanan misalnya dengan membuat nota kesepahaman tentang kerjasama dalam penanganan penyelundupan di kedua negara. Bentuk kerjasama yang lain misalnya adalah dengan melakukan sinergi industri antara kedua negara. Seperti yang sudah berjalan pada industri lilin antara Indonesia dan Cina, dimana terdapat kesepakatn tidak tertulis dalam pembagian fokus industri, dengan pembagian industri hulu dan menegah yang ditangani Indonesia sedangkan hilir dipegang oleh Cina.

Ketiga, adalah dengan menciptakan budaya wirausaha di Indonesia. Hal ini bisa dilakukan dengan meniru langkah pemerintah Cina dengan kebijakan-kebijakannya dalam merangsang munculnya para pengusaha-pengusaha baru. Akan tetapi apabila dilihat lebih cermat, sebenarnya yang menjadi masalah utama di Indonesia terletak pada paradigma berpikir masyarakatnya. Di Indonesia hampir tidak ada kita kita lihat keinginan yang besar dari kalangan terdidik untuk menjadi pengusaha.

Penyebabnya bisa jadi karena malas dan takut mengambil resiko untuk berjuang dari nol apabila menjadi pengusaha. Masyarakat kita juga pada umumnya menaruh simpati yang lebih besar pada profesi-profesi yang secara praktis terlihat ekslusif, seperti dokter, akuntan, dan pengacara dibanding dengan wirausaha. Keadaan ini lebih diperburuk dengan sistem pendidikan kita yang cenderung mengabaikan pelajaran tentang kewirausahaan dan kepemimpinan. Hal ini sangat berkebalikan dengan budaya wirausaha yang sangat kental dari penduduk Cina.Langkah keempat adalah dengan memaksimalkan peran akademisi yaitu peneliti untuk menunjang dunia usaha. Selama ini diantara banyak kendala dunia usaha kita terutama UKM, yang paling besar adalah dari sisi teknologi dan metode yang tidak efisien dan jauh tertinggal dari pesaingnya di luar negeri. Untuk itu kiranya para peneliti mau turun dari menara gading untuk mau membantu penelitian industri-industri di Indonesia. Sudah saatnya penelitian yang dilakukan bisa lebih membumi sehingga dapat juga dinikmati oleh industri-industri kecil dan menengah.

Penutup

Demikianlah pembahasan yang dilakukan oleh penulis berkaitan dengan iklim usaha di Cina yang merupakan salah satu unsur utama pendorong perekonomian Cina hingga bisa menjelma menjadi raksasa perekonomian dunia. Walaupun tidak semuanya pas diterapkan di Indonesia, namun setidaknya beberapa langkah-langkah Cina yang telah terbukti berhasil tidak ada salahnya untuk diikuti dan dipraktekkan di Indonesia.

Seluruh komponen mulai dari pemerintah, akademisi, peneliti, pengusaha, dan warga masyarakat umum harus ikut serta memikirkan dan bekerja keras mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dialami negara kita tercinta ini. Setiap pihak hendaknya berusaha memberikan yang terbaik sesuai dengan bidang dan kemampuan yang dimilikinya masing-masing. Akhir kata penulis berharap tulisan yang sederhana ini dapat berguna dan bermamfaat.

Oleh: Muhammad Subair

Daftar Pustaka

* 1. Kardono, 2001,Fokus PT. Dirgantara Indonesia Dalam Industri Penerbangan Untuk Meraih Keunggulan, Available, http://www.indonesian-aerospace.com/book/d16.htm, 23 Maret 2001
* 2. Mufson S., 1998, In China, professor leads a high-tech revolution, Artikel Koran Washington Post, Washington ,10 Juni 1998
* 3. Osa S., 2004, Hubungan Perdagangan China-Indonesia Pantas Dipelihara, Artikel Koran Kompas, 18 Agustus 2004
* 4. Pamuji N., 2004, Diplomasi Cina, Indonesia dan Presiden Baru, Available, http://www.mail-archive.com/ ekonomi-nasional@yahoogroups.com/ msg00156.html, 30 September 2004
* 5. Rochman, N. T., 2003, Memperkuat Industri Rakyat : Mendewasakan SDM Unggul, Berita IPTEK LIPI, 5 November
* 6. Sarnianto P., 2004, Sang Naga Merah yang Kian Tak Tertahankan, Artikel Majalah Swa, Jakarta, 9 Desember 2004
* 7. Sinar Harapan, 2003, Pemain Utama Cina Segera Masuk ke Indonesia, Available, www.sinarharapan.co.id/ekonomi/industri/2003/1224/ind2.html
* 8. Suara Merdeka, 2001, Birokrasi Panjang Penyebab PMA Turun, Available, http://www.suaramerdeka.com/harian/0503/01/eko07.htm, 1 Maret 2005
* 9. Suyitno S., 2003, Belajar Dari Negara Cina (Creating World-Class New-Start-up Entrepreneur), Available, http://www.mail-archive.com/bhtv @paume.itb.ac.id/msg00042.html, Juli 2003
* 10. Wangsa L. M. S., 2005, Membangun Infrastruktur Ala Cina, Available, http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=103866, 25 Februari 2005

sumber : http://bair.web.ugm.ac.id/Rahasia_Dibalik_Kesuksesan_Produk_Cina.htm

Category: 0 komentar

Akankah Cina Menguasai Dunia

DANI RODRIK

GURU BESAR EKONOMI POLITIK PADA JOHN F. KENNEOY SCHOOL OF GOVERNMENT, HARVARD UNIVERSITY, PERAIH PERTAMA HADIAH ALBERT 0. HIRSCHMAN SOCIAL SCIENCE RESEARCH COUNCIL.

Tiga puluh tahun yang lalu, Cina punya jejak kaki yang kecil sekali dalam ekonomi global dan pengaruh yang sama kecilnya di luar batas negeri itu, kecuali di beberapa negara yang mempunyai hubungan politik dan militer yang dekat dengannya. Sekarang, Cina merupakan kekuatan ekonomi yang luar biasa pusat industri manufaktur di dunia, penyedia dana paling terkemuka, investor utama di seantero dunia dari Afrika sampai Amerika Latin, serta sumber riset dan pengembangan utama yang semakin luas.Pemerintah Cina berada di puncak cadangan devisa yang mencengangkan-lebih dari US$ 2 tribun. Tidak ada satu bisnis di mana pun di dunia yang tidak merasakan dampak pengaruh Cina, baik sebagai pemasok barang-barang yang murah maupun, yang lebih mengancam lagi, sebagai pesaing yang mahatangguh.

Cina masih negeri yang miskin. Walaupun pendapatan rata-rata sudah meningkat cepat pada dekade-dekade terakhir ini, ia masih berada pada tingkat antara seper-tujuh dan seperdelapan pendapatan di Amerika-lebih rendah daripada di Turki atau Kolombia dan tidak lebih tinggi daripada El Salvador atau Mesir. Walaupun daerah-daerah di pesisir Cina serta kota-kota besarnya memperagakan kekayaan yang luar biasa, sebagian besar kawasan di Cina bagian barat masih terpuruk dalam kemiskinan. Besaran ekonomi Cina diproyeksikan bakal melampaui besaran ekonomi Amerika Serikat dalam dua dekade yang akan datang.Sementara itu, pengaruh ekonomi Amerika Serikat, satu-satunya hyper-power ekonomi di dunia sampai akhir ini, terus merosot. Ia terperosok akibat blunder kebijakan luar negerinya serta krisis keuangan yang menimpanya. Kredibilitasnya setelah invasi militernya di Irak yang membawa malapetaka itu belum pernah jatuh seperti sekarang, meskipun adanya simpati global pada kepemimpinan Presiden Ba-rack Obama, sedangkan model ekonominya kehilangan pamor. Dolar yang pernah merajai dunia sekarang tumbang di bawah tekanan Cina dan negara-negara kaya minyak.

Semua ini menimbulkan pertanyaan akankah Cina pada akhirnya bakal menggantikan Amerika Serikat sebagai hege-mon dunia, peletak dan penentu arah ekonomi global. Dalam sebuah buku yang sangat menarik dengan judul yang sangat menggoda, When China Rules the World, ilmuwan dan jurnalis Inggris, Martin Jacques, mengatakan dengan tegas jika Anda mengira Cina bakal terintegrasi dengan lancar ke dalam sistem dunia yang liberal, kapitalis, dan demokratis, Anda bakal menemukan kejutan luar biasa. Cina tak hanya merupakan superpower ekonomi berikutnya, tapi tatanan dunia yang dibangunnya bakal sangat berbeda dengan apa yang kita saksikan selama ini di bawah kepemimpinan Amerika.

Amerika dan Eropa mengira bahwa Cina bakal menjadi seperti mereka ketika ekonominya berkembang dan penduduknya bertambah kaya. Semua itu khayalan belaka, demikian menurut Jacques. Rakyat Cina dan pemerintahnya sudah terpadu dalam suatu konsep masyarakat dan tata pemerintahan yang berbeda konsep yang berbasis komunitas bukan individuals negara-sentris bukan liberal; otoriter bukan demokratis. Cina punya 2.000 tahun sejarah sebagai suatu peradaban yang khas,yang memberinya kekuatan. Ia tak bakal begitu saja tergulung ke dalam nilai-nilai dan lembaga-lembaga seperti yang terdapat di dunia Barat.

Suatu tatanan dunia yang berpusat di Cina bakal mencerminkan nilai-nilai Cina, bukan nilai-nilai Barat, demikian menurut Jacques. Beijing bakal mengalahkan New York, renminbi bakal menggantikan dolar, Mandarin bakal menggantikan bahasa Inggris, dan anak-anak sekolah di seluruh dunia bakal belajar mengenai pelayaran Zheng Ho, yang menjelajahi dunia menyu-sur pesisir Timur Afrika, bukan mengenai pelayaran Vasco de Gama atau Christopher Columbus.Nafsu menyebarkan pasar dan demokrasi bakal menyusut, Cina tidak akan campur tangan dalam urusan dalam negeri negara-negara lain. Tapi, sebagai imbalan, ia akan menuntut agar negara-negara yang kecil dan lemah mengakui secara eksplisit dominasi Cina (seperti yang berlaku dalam sistem upeti pada masa lalu).

Namun, sebelum mencapai semua ini, Cina harus terus memacu pertumbuhan ekonominya dan mempertahankan kohesi sosial dan kesatuan politiknya. Tidak satu pun ini bisa dijamin. Di balik dinamo ekonomi Cina yang bergerak gegap-gempita itu, terdapat ketegangan yang mendalam, ketidaksetaraan, dan perbedaan yang bisa menggagalkan jalan Cina menuju hegemoni global. Sepanjang sejarahnya, kekuatan-kekuatan yang melanting dari pusat sudah sering mendorong negeri itu ke jurang perpecahan dan disintegrasi.

Stabilitas Cina bertumpu pada kemampuannya menghasilkan manfaat ekonomi yang terus-menerus kepada sebagian besar rakyatnya. Cina adalah satu-satunya negara di dunia yang jika pertumbuhannya kurang dari 8 persen dari tahun ke tahun dianggap berbahaya, karena ia bakal memicu keresahan sosial. Sebagian besar negara lainnya di dunia cuma bisa bermimpi mengalami pertumbuhan sebesar itu, yang menunjukkan dengan gamblang kerapuhan mendasar sistem yang berlaku di Cina. Sifat rezim politik otoriter itulah yang merupakan titik kerapuhan sistem yang berlaku di Cina. Ia cuma mengandalkan penindasan ketika pemerintah menghadapi oposisi di luar saluran resmi.

Masalahnya adalah semakin sulit bagi Cina mempertahankan laju pertumbuhan yang sudah terbiasa dialaminya pada tahun-tahun terakhir ini. Pertumbuhan Cina saat ini bersandar pada mata uang yang undervalued dan surplus perdagangan yang besar. Semua ini tidak bisa dipertahankan. Dan cepat atau lambat ia akan memicu konfrontasi yang serius dengan Amerika (dan Eropa). Tidak ada jalan keluar dari dilema ini. Cina harus menerima laju pertumbuhan yang lebih lamban.Jika Cina berhasil mengatasi rintangan ini dan akhirnya benar-benar menjadi kekuatan ekonomi yang dominan, globalisasi bakal benar-benar mengambil sifat-sifat Cina. Demokrasi dan hak asasi manusia bakal kehilangan pamornya sebagai norma global. Itulah berita buruknya. Berita baiknya adalah bahwa suatu tatanan global model Cina bakal menunjukkan respek yang lebih besar akan kedaulatan nasional suatu negara dan toleransi yang lebih besar pada keragaman berbangsa. Bakal ada mang yang lebih besar bagi eksperimentasi berbagai model ekonomi.Hak Cipta Project Syndicate, 2009.

Category: 0 komentar

Cara Cina Membesarkan Pendekar Bisnis Daerah

Namanya Li Ning. Di Cina, perekonomian ke-2 terbesar sejagat itu, nama ini bisa terkait dengan banyak hal yang besar.

Di bidang bisnis, misalnya, Li Ning adalah merek terunggul di sektor industrinya. Di banyak bagian dunia lain, boleh jadi orang mengidentikkan sepatu olah raga dengan Nike atau Adidas. Namun, tidak demikian di Cina.

Hasil riset Horizon Research dan Horizonkey.com menunjukkan, Li Ning mengungguli kedua merek internasional tersebut dalam loyalitas merek — dan dengan margin yang cukup lebar pula. Pada 2003, konsumen yang mengaku fanatik terhadap merek lokal yang satu ini mencapai 53,4%, jauh di atas Nike (39,8%) ataupun Adidas (39,1%).

Di bidang olah raga, Li Ning adalah seorang pahlawan. Mulai berlatih sejak usia 8 tahun, Li menyabet 6 dari 7 medali dalam The Sixth World Cup Gymnastic Competition. Tak heranlah, pada 1982 itu, dalam usia yang belum genap 19 tahun, dia mendapat julukan “Pangeran Senam.”

Dan julukan tersebut tak berlebihan. Dua tahun kemudian, pada Olimpiade Los Angeles, kelahiran Liuzhou, Guanxi, 8 September 1963, ini merebut 6 medali — tiga emas, dua perak, dan satu perunggu. Prestasi ini membangkitkan semangat Cina yang lama memboikot Olimpiade sebagai protes terhadap keikutsertaan Taiwan.

Setelah itu, karier Li yang telah mengantongi 100 lebih medali di lantai senam memang menurun. Pada Kejuaraan Dunia 1987, dia hanya kebagian satu medali perak. Dia bahkan tak menghasilkan satu medali pun pada Olimpiade Seoul 1988.

Kendati demikian, Li tak pernah bersedia jadi seorang pecundang. Pensiun sebagai atlet, dia terjun ke dunia bisnis — bergabung dengan Jianlibao Group sebagai asisten general manager perusahaan minuman yang bermarkas di Guangdong itu. Padahal, waktu itu, otoritas olah raga Beijing memintanya jadi pelatih nasional. Beberapa negara maju menawarinya gaji besar buat jadi pelatih. Selain itu, sejumlah organisasi di provinsi kelahirannya, Guangxi, meminangnya untuk jadi ketua.

Li menolak semua tawaran empuk tersebut. Mungkin karena yang paling terpateri di benaknya selama 17 tahun kariernya di lantai senam adalah kegagalan yang menyakitkan di Olimpiade Seoul. Dia sangat menyesal karena di Negeri Ginseng itu telah mengecewakan bangsanya.

Keputusan Li masuk ke dunia yang belum pernah dirambahnya membuat banyak orang tercengang. Keberanian Li Jingwei, GM Jianlibao, merekrut mantan atlet yang tak berpengalaman di dunia bisnis itu menuai banyak kritik pula.

Akan tetapi, Li Ning bermental juara. Dia ingat betul, hanya tiga bulan setelah kegagalannya di Seoul, ribuan fans berkumpul untuk memberikan penghormatan kepadanya. Dukungan moral ini telah cukup membuatnya tegar menempuh jalan yang sama sekali baru, bahkan hampir tak pernah dirambah seorang mantan atlet.

Obsesi utama Li sebenarnya bukanlah bisnis. Dia ingin membangun sekolah senam guna membantu melahirkan bintang-bintang Cina masa depan. Namun dia menyadari, tanpa dukungan fulus, obsesinya hanya akan tinggal impian kosong. Sebab itu, dia berupaya mengumpulkan uang yang cukup banyak dulu, baru kemudian mewujudkan impian besarnya.

Buat menghapus keraguan banyak orang tentang komitmennya di jalur karier yang sama sekali berbeda itu — juga untuk meningkatkan keteguhan hatinya sendiri — Li memboyong kedua orang tuanya ke Sanshui, sebuah kota dengan populasi kurang dari 50 ribu yang jadi markas Jianlibao.

Di tahun-tahun awal itu, Li mendapat banyak gemblengan dari para profesional Jianlibao, termasuk Li Jingwei. Sambil belajar manajemen, administrasi, serta keterampilan bisnis praktis lainnya, Li bekerja keras mempromosikan minuman olah raga Jianlibao.

Lalu, datanglah peluang besar yang ditunggu-tunggu: Beijing jadi tuan rumah Asian Games 1990. Event olah raga ini membulatkan tekadnya melebarkan sayap bisnis ke pakaian olah raga.

Pada awal 1989, Li sudah merancang konsep untuk masuk ke bisnis pakaian olah raga. Waktu itu, dia belum punya sarana produksi ataupun merek. Namun, dari banyaknya perusahaan Asia yang berebut untuk jadi sponsor Asian Games, dia bisa membayangkan gemuknya bisnis yang satu itu. Bagaimana tidak. Sebuah perusahaan pakaian olah raga Korea Selatan, misalnya, menawarkan US$ 4 juta (sekitar 23 juta yuan) untuk jadi penyedia pakaian seragam pembawa obor event olah raga tersebut.

Li tertarik mencoba peruntungannya. Li sadar, dia belum punya nama dan para pesaing yang ada telah sangat dikenal di pasar Cina. Maka, dia harus melakukan upaya ekstra.

Li memutuskan menggunakan namanya, Li Ning, sebagai merek sehingga cukup “bunyi” di telinga khalayak domestik. Ini keputusan berani. Tak seperti di Barat, di Cina tak lazim menyandangkan nama sendiri untuk sebuah produk. Selain itu, risikonya juga tinggi — kalau produknya gagal, nama baiknya sebagai seorang Pangeran Senam akan jatuh ke comberan. Dan risiko gagal ini cukup besar. Maklum, dia harus menghadapi nama-nama besar di industri pakaian olah raga.

Setelah siap mempertaruhkan segalanya, Li bertarung untuk jadi penyedia eksklusif seragam pembawa obor. Untuk itu, dia hanya bisa menawarkan sekitar 5 juta yuan, alias tak sampai US$ 1 juta.

Buat memenangi persaingan dengan lawan yang lima kali lebih besar, Li menyampaikan argumen yang menggugah. “Kalau kita memandang pembawaan obor sebagai event terpenting dalam Asian Games dan melihatnya sebagai sebuah cara untuk meningkatkan self-esteem negeri kita,” ujarnya di hadapan Asian Games Organizing Committee, “adalah tidak masuk akal untuk mendandani orang-orang kita dengan pakaian (buatan) asing dengan iklan asing di punggung mereka!”

Upaya ekstra itu membuahkan hasil. Li mendapatkan hak eksklusif jadi sponsor utama Asian Games. Sukses ini memberinya jalan untuk, dalam tempo hanya setahun, mendirikan Li Ning Sports Goods Co., menyelesaikan segala permasalahan yang mendasar — termasuk memilih merek dagang dan membeli peralatan produksi, merekrut orang-orang teknis dan manajerial, lalu menggenjot produksi.

Kampanye iklan yang diluncurkan, minuman dan 10 ribu pakaian olah raga yang dibagikan membuat Li mampu mengibarkan merek yang menyandang namanya, Li Ning. Sejak 1990 itu, ketika tim senam nasional Cina mengenakan seragam berlabel Li Ning, tim nasional dari cabang olah raga lainnya — menembak, renang dan selam — selalu mengenakan Li Ning di pertandingan-pertandingan internasional.

Dukungan tersebut bukan hanya memungkinkan Li membuka butiknya yang ke-12 pada 1991, tapi juga melebarkan sayap ke Hong Kong, Eropa Timur, dan Amerika Serikat pada 1992. Dan dia tak melupakan bantuan yang diberikan pemerintah kepadanya. Dia juga tak melupakan obsesi utamanya.

Pada 10 Maret 1991, bertepatan dengan hari ulang tahun ke-28, Li meresmikan sekolah senam dengan 30 anak sebagai murid angkatan pertama. Sebagai kepala sekolah, dia bahkan berupaya meluangkan waktu untuk sekali-sekali memberikan tip-tip praktis kepada anak didiknya.

Selain itu, Li juga melakukan berbagai upaya promosi. Pada 1991, dia menyelenggarakan pemilihan 10 atlet dan pelatih terbaik, menerbitkan buku sejarah senam Cina, mengadakan turnamen senam Li Ning Cup. Zhang Jian, mantan pelatih Li yang Deputi Kepala Biro Pelatihan Atlet SPCSC (KONI-nya Cina) berujar, “Masuknya Li ke dunia bisnis membuat kami kehilangan pelatih yang bagus, tapi sekarang seluruh komunitas olah raga Cina mendapatkan dukungan ekonomi yang kuat.”

Li bahkan mendirikan arena senam di Chatsworth, Kalifornia, pada awal 1990-an. Dedikasinya yang luar biasa dan reputasinya yang menginternasional di olah raga senam ini membuat dia, pada 2000, masuk ke International Gymnastic Hall of Fame.

Di dunia bisnis, Li juga tak menjadi jago kandang. Li Ning adalah pakaian olah raga resmi Tim Bola Basket Spanyol sejak 2002. Pada Agustus 2006, Li Ning yang telah memiliki jaringan 4.100 toko khusus dan 600 gerai (dalam toko lain) di Cina menggandeng Shaquille O’Neall sebagai endorser, menyusul pemain NBA lainnya, Damon Jones dan Chuc Hayes.

Li agaknya sadar, buat menembus pasar internasional dia memerlukan bintang-bintang mancanegara. Untuk meningkatkan citra produk pada Olimpiade Beijing 2008, Li bukan hanya telah mengontrak ad agency Leo Burnett Beijing dan menyediakan anggaran iklan US$ 11 juta — terbesar dalam sejarah bisnis Cina — melainkan juga menggandeng perancang sepatu olah raga kelas dunia buat menciptakan produk high-end, Massimiliano Zago (Italia) dan Paviot Jean-Philippe (Prancis). Jaringan toko khusus Li Ning juga akan ditingkatkan jadi 5.100.

Gebrakan ini membuat saham Li Ning meningkat 4,2% jadi HK$ 8,03. Nilai saham Li Ning di Bursa Efek Hong Kong ini telah meroket tiga kali lipat lebih sejak diluncurkan pada 2004. Dan saham Li Ning, Hu Weitao meramalkan, “Akan melejit lagi nilainya sampai dua kali lebih pada tahun depan.”

Penyebabnya, masih menurut Hu yang Chief Analyst United Securities, perusahaan pialang dari Shenzen, “Akan banyak BUMN Cina yang mengorganisasi kampanye buat mempromosikan Olimpiade. Mereka akan banyak memborong produk buatan dalam negeri; padahal Li Ning adalah perusahaan perlengkapan olah raga terbesar Cina.”

Dibanding BUMN dan BUMD, perusahaan swasta seperti Li Ning memang tak banyak menerima dukungan finansial, misalnya dalam bentuk pinjaman bersubsidi dari bank-bank besar yang masih dikuasai pemerintah. Namun, dukungan pemerintah tetap ada — setidaknya dalam bentuk infrastruktur yang lebih dari sekadar memadai dan iklim investasi yang lumayan kondusif. Sejak membuka diri secara ekonomi, Beijing memang terus memperbaiki birokrasinya. Korupsi ditindak keras, perizinan usaha dipermudah, sistem perpajakan disederhanakan.

Iklim investasi yang kondusif inilah agaknya yang memungkinkan lahirnya bisnis swasta yang cukup besar, termasuk dari kalangan yang tak kelewat lazim seperti Li Ning. Dan karena tak dimanja dengan subsidi, bisnis swasta yang lahir dari kewirauasahaan murni ini umumnya lebih sehat ketimbang jelmaan BUMN atau BUMD.

Ambil contoh Minsheng Banking Group. Satu-satunya bank swasta ini membukukan kredit macet (nonperforming loan) terendah di antara bank-bank Cina — pada Juni 2005 hanya 1,44% dari outstanding loan.

Mereka pun lebih gesit. Di industri komponen otomotif, Wanxiang Group yang bermarkas di Hangzhou bisa berkibar jadi yang terbesar. Sementara itu, Geely Automobile Holding menjadi perusahaan asli Cina kedua terbesar dan pertama yang berhasil mengekspor ke mancanegara. Di industri baru, para wirausaha Cina mampu melahirkan portal Internet Sina.com, NetEase Services, Sohu.com, dan perusahaan online gaming Shanda Interactive Entertainment.

Contoh lain kegesitan para pendekar bisnis swasta Cina adalah Mengniu. Didirikan Niu Gensheng dan beberapa kolega dengan modal US$ 12.600 pada 1999, perusahaan susu yang bermarkas di Mongolia Dalam ini — secara harfiah arti kata Mengniu adalah “Sapi Mongolia” — berhasil menangguk laba US$ 38,5 juta dari penjualan US$ 871 juta pada 2005. Ketika meluncurkan sahamnya di Bursa Efek Hong Kong, mereka berhasil meraup dana segar US$ 108 juta, termasuk dari sejumlah investor kelas dunia seperti Fidelity Investment, Dreyfus dan ING.

Walau besar di BUMN yang lamban — Niu Gensheng tumbuh di lingkungan Yili Dairy, BUMN tempat ayahnya mengabdi selama 38 tahun dan dia sendiri bekerja selama 17 tahun sebelum terdepak dari kursinya sebagai vice president — Niu piawai memainkan jurus pemasaran yang agresif. Ketika Cina hendak mengirim astronot, misalnya, dia menjadikan Mengniu “penyedia resmi” produk susu buat Letnan Kolonel Yang Lingwei selama latihan berbulan-bulan. Maka, ketika sang Astronot dengan selamat mendarat di padang rumput Mongolia pada 15 Oktober 2003, Mengniu bisa memanfaatkan momen yang membanggakan itu untuk mengibarkan nama perusahaan.

Hanya beberapa hari setelah pendaratan tersebut, Mengniu meluncurkan kampenye iklan yang menampilkan ratusan lelaki, perempuan dan anak-anak dengan kostum astronot dan meminum susu. Kampanye iklan “Mengniu, susu buat para astronot” ini diteruskan sampai sekarang — bahkan lebih dari itu.

Buat mengibarkan Suan Suan, produk minuman berbasis yoghurt, Mengniu mensponsori Super Voice Girl, reality show lokal mirip American Idol tetapi khusus cewek. “It’s a huge hit tying in with the TV program,” ujar Tom Doctoroff, CEO J. Walter Thompson Greater China, “They’ve brought a soft-drink buzz into yoghurt targeted at teenage girls.”

Lebih dari itu, Mengniu juga melakukan berbagai upaya peningkatan kualitas dan inovasi. Di markas perusahaan yang terletak di kawasan pertanian subur 50 km dari Hohhot, ibu kota Mongolia Dalam, para insinyur Mengniu memonitor setiap lini produksi melalui layar kompoter selebar dua meter. Di laboratorium, para peneliti sibuk mengembangkan formula yoghurt mutakhir. Inventori di gudang-gudang Mengniu dimasukkan dan dikeluarkan dengan forklift robotik yang boleh dibilang tak memerlukan intervensi manusia.

Di lahan percobaan beberapa kilometer dari kantor perusahaan, Mengniu memberi pakan sapi-sapi yang ada dengan 12 varietas rerumputan, termasuk Canadian alfalfa violet flower dan Brazilian bamboo. Di fasilitas penelitian yang mirip spa itu, sapi-sapi dimanja dengan musik lembut ketika diperah susunya dengan mesin pemerah robotik. Sapi yang bahagia, mereka yakin, akan menghasilkan lebih banyak susu. Dan produksi susu yang lebih tinggi akan meningkatkan shareholder value.

Dari mana Mengniu — juga Li Ning, Minsheng, Wanxiang, Geely — mendapatkan orang-orang yang mampu melakukan terobosan kreatif seperti itu?

Gampang ditebak: dari sistem pendidikan domestik yang setiap tahun melahirkan ratusan ribu insinyur dan sarjana sains berkualitas. Sistem pendidikan bagus yang tentunya mahal ini, seperti di kebanyakan negara berkembang, hanya dapat dikembangkan pemerintah. Demikian pula pembangunan (infrastruktur) di seluruh negeri yang membuat anak-anak muda berbakat itu tak segan bekerja di daerah — yang terpencil sekali pun — hanya bisa dilakukan pemerintah.

Dengan dua bantuan pemerintah itu, bisnis di daerah akan maju walau subsidi keuangan tak diberikan. Apalagi, dalam beberapa hal subsisi keuangan justru kontraproduktif karena rawan penyelewengan dan membuat sejumlah pengusaha jadi manja.

Riset: Asep Rohimat

Category: 0 komentar

Antara Barat dan Timur,Cina sampai Amerika,FTA hingga WTO

Sebuah Negara dikatakan maju jika Negara tersebut maju

Sebuah ungkapan yang membingungkan.Dari dulu sampai sekarang ,kit serinag mendengar bahwa barat merupakan sebuah wilayah,atau kondisi masyarakat dimana disana sudah “maju”,dan disini masih tidak bergerak.Sering juga kita membicarakan saat barat sudah maju zaman revolusi Industri,namun di Timur khususnya kita(Indonesia),masih zaman kerajaan Islam,atau zaman membawa tombak dan naik kuda(pendekar-pendekar).Perbandingan-perbandingan melihat sejarah masa lalu,dan perkembangan ini terjadi pada Cina beberapa Tahun lalu.Saat itu Cina merupakan kontra dari pemikiran Barat.Cina dan Soviet yang berideologi Komunis,dan Barat yang liberal.Tentu saat itu terjadi perseturuan yang seru antara Barat dan Timur.

Barat terpecah menjadi 2(two west) yaitu Amerika dan Eropa,yang kemudian saat ini menjadi Negara adi daya yaitu Amerika(West) dan China yang mulai bangkit menjadi raksaksa Timur(East).Dan yang menarik saat ini adalah cerminan timur dan barat ini bertemu(The Meeting West and East).Cina masa lalu adalah CIna yang menutup diri,berpandangan menguntungkan diri sendiri,bermental lemah,namun sejak 3 dekade lalu,Cina mulai bangkit dan merubah mainset yang tadinya Barat merupakan midset sebuah Negara maju,maka di ambillah mindset tersbut .
Dalam 5000 tahun sejarahnya, Cina tidak pernah menjadi kekuatan adidaya dan tidak pernah mempengaruhi politik internasional. Bahkan ketika Cina mengadopsi Komunisme, ia tidak mampu mengembannya lebih jauh dari batas negerinya sendiri apalagi mempengaruhi negara lain. Selama 5000 tahun, Cina lebih sering berperang dengan dirinya sendiri dan sibuk untuk menyatukan wilayah.

Dan suatu saat pemimpin baru China berpikir.. …Kebijakan luar negeri Cina mencerminkan perubahan penting dari pendekatan Beijing yang sempit dan reaktif pada masa lalu. Cina sudah meninggalkan mentalitas yang memandang dirinya sebagai korban (victim mentality) akibat penderitaan selama 150 tahun dan mengadopsi mentalitas adidaya (great power mentality-daguo xintai). Barat yang sudah berpengalaman menderita(dark age),dan memasuki pencerahan(renaissance),dan akhirnya berpikir,menyontek peradaban lain,dan akhirnya menjadi”maju” merupakan proses panjang dan menjadikan Barat menjadikan mentalitas adidaya.

Cina dengan kebijakan-kebijakan baru,dan pengalaman seperti Barat,nampaknya akan segera melebarkan sayap,menjadi kekuatan besar.Konsekuensinya, Pemimpin yang menanggalkan victim mentality dan yang mengambil mentalitas adidaya adalah tipe pemimpin yang kini memimpin Cina dan memiliki visi sebagai negara adidaya.Dengan pemikiran seperti ini maka bertemulah Barat dan Timur.Terjadi benturan yang dahsyat saat ini.

Pertemuan AS dan China (West and East)

Dengan kebijakan-kebijakn baru Cina,yang lebih terbuka dan mental baru,semangat baru ,sudah saatnya pemikiran bahwa “barat maju,timur ketinggalan” dirubah.Timur dapat sejajar dengan Barat,bahkan memenangi benturan keras antara Barat dan Timut.Maka Cina melakukan gebarakan di Bidang Ekonomi?? Kenapa bidang Ekonomi?Karena standar “maju” sulit didefinisikan kecuali dalam hal ekonomi.Kebijakan-kebijakanpun mengacu pada hal-hal yang akan menguntungkan Cina.Barat yang sudah merasa aman selama beberapa ratus tahun,merasa riskan dengan hal ini karena ini menyangkut ekonomi negaranya dan juga kepentingannya menjadi pemenang tunggal diera modern ini

Pembuat kebijakan AS membuat strategi menghadapi Cina dalam dokumen
“Tuntunan Perencanaan Pertahanan”yang merupakan bentuk pernyataan resmi AS pada masa paska runtuhnya Uni Sovyet. Juga tertulis dalam dokumen terebut
“Kita harus sekuat mungkin mencegah kekuatan asing manapun yang bisa mendominasi suatu wilayah yang sumber alamnya, ketika terkontrol secara solid, akan mampu mendukung terbentuknya kekuatan global.”
Ketika George Bush menjadi Presiden AS, hanya Cina yang memiliki kapasitas ekonomi dan militer yang mampu mengimbangi AS sebagai negara adidaya. AS membuat kebijakan yang mengisolasi Cina supaya tetap pada perbatasannya, ketimbang menghadapinya secara langsung karena hanya akan menghabiskan energi AS.

Cina adalah kekuatan besar yang memiliki masalah yang belum selesai terutama dengan Taiwan. Cina juga tidak menyukai peran AS di wilayah regional Asia Pasifik.” Oleh karena itu, Rice mengatakan,” Cina bukanlah kekuatan ‘status quo’, tapi ia adalah kekuatan yang berkeinginan merubah keseimbangan kekuatan di Asia yang sesuai dengan kepentingannya.(Tulisan Condoolize Rise)

Namun demikian,saat ini posisi Cina dan Amerika seakan-akan terpisah dan berdiri sendiri. Ketika AS mendominasi wilayah regional di awal abad ini, perang Afghanistan, Iraq, dan krisis ekonomi global membuat AS tidak mampu mendominasi Cina. Ini terlihat dalam fakta berikut:
AS merupakan konsumen terbesar dunia dimana mayoritas barang yang ia konsumsi berasal dari dan diproduksi oleh Cina .Dan Cina mereguk keuntungan besar sekali gara-gara konsumtifnya Amerika dan menyumbangkan dolar ke negeri Tirai Bambu tersebut.WTO yang mengatur perdagangan antar negara dan aturan2,terpaksa ada yang dilanggar,seperti diam2 me”lepaskan” biaya ekspor,dukungan perbankan,kucuran dana untuk ekspor yang sebenarnya terdapat Bea yang mahal untuk barang dapat keluar dari Cina,yang ternyata

Cadangan dolar yang sangat besar yang dimiliki Cina membuat Cina memiliki kemampuan untuk membeli saham keuangan AS, yang digunakan AS untuk membiayai defisit perdagangannya
Hal ini berakibat kepada serbuan perindustrian Cina, dimana industri tersebut membutuhkan pasokan minyak dan energi yang lebih besar lagi.Berikutnya, pengangguran di sektor industri AS pun meningkat karena kalah bersaing dengan kualitas harga dan barang yang lebih mendominasi.Maka dari itu,saat krisis melanda dunia,maka Amerika paling terkena dampaknya,industry Amerika melempe,.Strategi-strategi AS agar terus mengisolasi Cina,dengan gencar tersu digencarkan seperti kerja sama dengan Jepang(sebagai penyeimbang CIna di Timur),membangun kerja sama dengan vietnam(yang pada masalalunya bermusuhan),mengembangkan India,sehingga negara-negara tersebut berkurang pengaruhnya dari Cina.

Lalu apa yang dilakukan Cina??Dengan kebijan-kebijakan yang baik,dan Bank mendukung kegiatan ber”ekonomi” disana maka juga mindset majunya maka Cinapun sama seperti AS dengan menggaet mitra kerja,salah satunya dengan mengadakan perjanjian perdagangan bebas,dan kita Indonesia akan merasakan berbagai dampak dari ekspansi Cina ini yaitu pada perjanjian ACFTA(Asean China Free Trading Area).Bagi Indonesia ini merupakan sebuah tantangan yang menarik untuk melakukan perdagangan secara global dengan Cina.Cinapun melakukan FTA denga Negara-negara lain untuk menandingi “Barat”.Indonesi dengan segala kekayaan alam yang dianugerahi Tuhan,seharusnya dapat disyukuri dengan memanfaatkan Sumber Daya Alam Tersebut,mengubah cara pandang negeri konsumtif menjadi Negara penghasil. Cina saat ini sudah menguasai wilayah ASEAN dan tentu bagi Amerika ini merupakan suatu kerugian yang besar.Bagi Indonesia,peluang masuknya Industri Cina,dan pengaruh ACFTA mendapat banyak sorotan. Kalau dari kecil kita sering mendengar orang Cina itu pandai berdagang dan hidup dengan berdagang,maka saatnya orang Indonesia berpikiran menjadi bosnya pedagang.Pertemuan Barat dan Timur akan menjadikan gesekan dan menghasilkan satu pemenang.dan berpengaruh kepada negeri kita ini. Sudah saatnya negeri kita suatu saat nanti menjadi pemenang,terbebas dari pengelolaan “Barat” yang mengelola SDM-SDM kita.Sudah saatnya pengusaha-pengusaha bersatu membangun negeri.2010 merupakan tahun diberlakukannya FTA dengan China.Lalu bagaimana dengan kondisi kita sekarang,apakah siap untuk menghadapi perdagangan bebas??Siapakah pemenang dari “The North East vs South East”.Kita lah yang menentukan sebagai generasi mendatang

Category: 0 komentar